Tulisan dibawah ini bersumber dari video kajian “Bhagavad Gita dalam Hidup Sehari-hari” yang diberikan oleh Anand Krishna, dimana di dalam setiap pembahasan Anand Krishna mengupas ayat demi ayat dan memberikan penjelasan makna yang tersembunyi di dalam setiap ayat.

Mari sama-sama kita simak penjelasan Beliau yang diberikan dalam video “Bhagavad Gita 03.17-24: Berkaryalah dengan Penuh Semangat dan Raih Kesempurnaan Hidup!” semoga apa yang Beliau sampaikan bisa senantiasa memberikan kita semangat dan inspirasi untuk selalu memberdaya diri dari waktu ke waktunya.

 

“Partha (Putra Prtha – sebutan lain bagi Kunti, Ibu Arjuna), di tiga alam ini tiada suatu tugas atau kewajiban bagi-Ku. Tiada pula sesuatu yang belum Ku-peroleh dan mesti diperoleh. Kendati demikian, Aku tetap berkarya.” Bhagavad Gita 3:22

“Jika Aku tidak giat berkarya, maka niscayalah tatanan dunia ini akan kacau, karena manusia mengikuti keteladanan-Ku dalam segala hal.” Bhagavad Gita 3:23

“Jika Aku berhenti berkarya, niscaya terjadi kekacauan di dunia ini, semuanya akan punah binasa, dan Aku menjadi penyebab kebingungan, kemusnahan dan kebinasaan seluruh umat manusia.” Bhagavad Gita 3:24

https://bhagavadgita.or.id/

 

Krishna mengatakan saya sudah melewati segala-galanya. Saya nggak perlu bekerja, sesungguhnya. Kita lihat apakah Tuhan perlu bekerja? Sang Hyang Widhi Wasa, apakah dia perlu bekerja. Tapi matahari tetap kerja setiap hari, padahal bukan terbit atau terbenam, bumi kita lagi mutar. Mendekati matahari atau menjauhi manusia.

Tapi lihat semuanya berjalan rapi. Ini bumi lagi berputar lho. Dan berputar dengan kecepatan yang luar biasa. Sehingga 12 jam kemudian kita akan menghadap matahari lagi. Dan kita pikir sudah pagi, matahari sudah terbit. Padahal kita lagi mendekati matahari. Bumi kita sedang berputar. Tapi kita semua duduk santai di sini. Nggak ada yang gerak. Kalau terjadi gempa bumi sedikit saja, rumah-rumah bisa hancur, Tsunami sedikit saja. Padahal sekarang pun bumi lagi berputar. Dan putaran bumi ini juga luar biasa.

Semuanya bekerja sesuai dengan kodratnya, sesuai dengan tugasnya. Kalau bumi berhenti berputar, semuanya akan binasa. Punah semuanya. Kalau pohon-pohon tidak tumbuh lagi, kita tidak punya makanan. Berlimpah makanan kita. Cari beras ada cari sayur-sayuran, coba pergi ke tempat-tempat dimana tidak bisa tumbuh sesuatu. Lihat kemana-mana, semuanya padang pasir.

Saya pernah tinggal di suatu hotel, diundang. Ini cerita-cerita tahun 79. Pertama kali di Kota Mumbay, Kota Bombay (sekarang Mumbay) itu dibuka hotel dimana lantai yang paling atas itu berputar. Biasa lantai paling atas itu dibuat untuk restoran, jadi sambil duduk bisa berputar. Di Jakarta mungkin ada. Lantainya berputar. Jadi sambil duduk makan, kita bisa melihat suasana kota. Nah di situ di lantai paling atas itu dibuat kamar-kamar yang paling mewah. Itu adalah hotel pertama dimana kamarnya ditaruh di paling atas. Terus lantai bawahnya ada restoran, nggak tahu, berputar juga, sekarang lupa. Saya diundang untuk pembukaannya. Bukan saya diundang. Boss saya diundang, tapi karena dia nggak bisa pergi, saya pergi ke sana dibayari semuanya. Malam-malam, tengah malam, lewat tengah malam, jam satu, jam dua, sudah pesta saya pulang ke kamar tidur.

Baru mulai tidur, tiba-tiba ada suara, seperti suara bom. Zaman dulu belum ada bom tapi suara kencang sekali. Hampir semua orang keluar. Apa yang terjadi? Ternyata di lantai itu, juga berada pada lantai atas yang juga berputar ini, di lantai itu ada orang dari luar negeri. Saya tidak akan menyebut negaranya. Malam itu lagi hujan seperti ini. Hujan seperti ini orang ini belum pernah melihat. Biasanya hujan ini turun cuma sedikit-sedikit. Jadi begitu dia melihat hujan. Dia begitu excited. Di situ ada vas bunga besar dari kuningan. Dia ambil vas bunga itu dia pecahin jendela. Dia nggak bisa buka jendela. Tentu kaca jendela hotel itu, tebal sekali. Nggak bisa pecah begitu saja, dia langsung retak dan mengeluarkan suara, yang luar biasa. Semuanya keluar, manager ke sana, dia bilang apa yang terjadi? Bagaimana? Dia bilang nggak apa-apa, saya lagi pecahin jendela, I want to feel the rain water. Saya mau rasakan air hujan. Berapa nanti kerugian akan saya bayar, kalau perlu, hotel ini saya bayar. Saya beli saja. Begitu.

Tidak pernah lihat air hujan, kita di sini hujan cukup, semuanya cukup. Alam sudah menyediakan, segala sesuatu. Tapi kalau kita menjadi malas karena itu, anak-anak kita pun akan mengikuti jejak kita. Mereka pun akan menjadi malas. Kalau kita menyia-nyiakan anugerah dari Tuhan ini, anak-anak kita pun akan menyia-nyiakan.

Kalau punya sawah di kampung, dulu Bapak saya mengatakan, orang yang paling kaya itu yang punya sawah. Jangan sampai sawah dikontrakkan. Dijual apalagi. Simpan sawah itu. Kalau nggak mau kerja sendiri cari petani. Cari petani yang bisa kerja yang nggak punya sawah, bagi hasil. Kemarin saya bicara dengan seseorang. Gimana pak Anand sih gampang mengatakan, Guruji, tapi kalau saya jual tanah, dapat 450 juta per are. Saya punya tanah 10 are bisa dapat 4.5 milyar. Saya mau bertani mau dapat berapa? Tiap kali panen cuma puluhan juta. Nggak ada gunanya.

Ini cara berpikir yang salah. Anda nggak bisa makan uang. Tidak bisa makan emas. Sawah adalah ibu kita jangan dijual, jangan dibiarkan begitu saja menghilang, menguap. Uang di tangan makin banyak uang, makin banyak biaya juga. Banyak orang jual sawah langsung bagi-bagi. Ini 100 juta untuk si ini , 500 untuk…. 300 untuk si ini. Dapat 5-6 M dalam waktu 2 hari selesai 5 M. Di rekeningnya tinggal sedikit.

Kita harus memberikan contoh yang baik bagi anak-anak kita. Menyangkul di sawah itu, bukan suatu pekerjaan yang hina. Kalau nggak ada makanan, tidak ada hasil bumi, tidak ada yang bisa hidup. Kemarin-kemarin saya mendengar tentang satu kematian. Seumur hidup dia cari uang mati-matian, mungkin dia punya beberapa puluh M, saya nggak tahu. Sekarang lagi sakit, dia mengeluarkan uang itu seperti air.

Dan penyakit, berbagai macam penyakit, terjadi karena kebiasaan buruk kita sendiri. Petani yang menyangkul setiap hari dia pergi ke sawah, nyangkul, siang dia makan di sawahnya, sore dia pulang. Jarang sekali dia kena penyakit. Saya masih ingat pertama kali saya ke sini. Saya sempat ke Tabanan tahun 70-an. Di situ saya lihat, seorang ibu-ibu, mungkin usianya sudah 70-80 an tahun. Zaman itu masih banyak sekali yang tidak pakai penutup baju di atas, pakai bawahnya saja.

Dan dia minum air dari kali. Ada kali di depan rumahnya, dia minum ambil saja sedikit. Saya bilang kepada cucunya. Yang mengantar saya adalah cucunya. Pasti usianya 80-an ke atas. Karena cucunya berusia 20-30 an. Seusia saya waktu itu. Saya bilang ini nenekmu nggak akan sakit? Dia bilang nggak, kita justru kasih air yang lain nggak bisa. Justru sakit perut. Ini berarti apa dia sudah adaptasi dengan kondisi alam sekitarnya. Tidak ada air mineral, tidak ada apa, mereka sehat-sehat saja. Sekarang kita sedikit-sedikit sakit.

Saya baru saja baca suatu artikel yang luar biasa dari India. Orang yang paling jarang sakit, di seluruh India adalah petani. Padahal sudah dikasih asuransi, gratis dari pemerintah segala. Dapat hasil ini karena asuransi, semacam di sini BPJS. Di sana juga ada sistem untuk suatu program untuk petani. Ketahuan bahwa petani ini jarang sekali ke dokter jarang sekali pergi ke rumah sakit. Karena BPJS nya nggak perah ada klaim. Sementara yang kerja sebagai buruh, sebagai apa sering sekali sakit. Bisa ke Puskesmas ke Klinik, ke Rumah Sakit. Petani, nggak ada petani ke rumah sakit nggak. Jarang sekali. Terus mereka cari tahu apakah petani-petani itu betul sehat atau mereka nggak melapor. Bisa jadi kan? Dilihat petani-petani di desa-desa yang terpencil pun bisa hidup sampai 70 tahun, 80 tahun. Diperiksa ya tekanan darah tinggi sedikit, gula ada sedikit, tapi nggak perlu sampai harus dirawat di Rumah Sakit. Luar biasa. Jadi petani adalah orang yang paling sehat. Kita karena meninggalkan pertanian jadi sakit-sakitan. Jadi kalau punya sawah, seminggu sekali pergi ke sawah nyangkul sendri. Nggak usah lagi olah raga macam-macam. Nyangkul sendiri gunakan waktu berapa jam, itulah cara untuk hidup sehat. Terima kasih