Penjelasan dibawah ini bersumber dari Kajian “Bhagavad Gita” yang diberikan oleh Anand Krishna secara online, dimana secara rutin Beliau mengupas mutiara spiritual yang terkandung di dalam Bhagavad Gita.

Di dalam salah satu video yang berjudul “Bhagavad Gita 03.36-43: Musuh Utama Manusia: Nafsu Keinginan dan Amarah Beliau menjelaskan tentang amarah dan hawa nafsu keinginan dan dampaknya bagi manusia.

Mari sama-sama kita simak apa yang Beliau sampaikan, semoga apa yang Beliau sampaikan tersebut bisa memberikan energi bagi kita semua untuk senantiasa melakukan pemberdayaan diri dari waktu ke waktunya dengan penuh kedisiplinan.

 

 

Arjuna bertanya: “Tetapi (setelah mengetahui semua itu), apa yang membuat seseorang bertindak salah/khilaf (tidak selaras dengan nurani dan svadharmanya) – seolah ia terdorong oleh kekuatan lain dan dipaksa untuk berbuat demikian?” Bhagavad Gita 3:36

https://bhagavadgita.or.id/

 

Pertanyaan yang sangat valid. Kita sudah tahu, sering sekali kita tahu ini bagus bagi saya. Ini tidak bagus. Tetap saja kita seperti terdorong oleh suatu kekuatan lain, tapi Arjuna jujur dia tidak mengatakan ada setan yang mendorong saya nggak. Dia tidak mengatakan ada setan. Dia mengatakan sepertinya ada sesuatu, yang mendorong saya untuk berbuat tidak benar.

 

Krishna menjawab:

“(Dorongan itu) adalah keinginan dan amarah, bersumber dari sifat rajas, penuh nafsu, penuh gairah. Keduanya tidak pernah puas dan tidak terselesaikan. Pembawa bencana, mereka musuh utama manusia (sebab, menjadi penghalang bagi hidup berkesadaran.” Bhagavad Gita 3:37

https://bhagavadgita.or.id/

 

2 hal keinginan dan amarah. Dan ini bersumber dari sifat rajas. Setiap orang memiliki sifat rajas. Rajas ini yang membuat kita aktif. Kalau kita tidak mempunyai sifat rajas kita akan inactive. Energi kita itu karena sifat rajas. Setiap orang punya sifat rajas. Berarti setiap orang juga punya keinginan, dan bisa juga marah.

Kalau ada orang yang mengatakan, Oh saya tidak akan marah lagi. Nonsens. Mau disulut sedikit saja langsung terbakar. Apalagi orang yang mengatakan saya tidak bia marah. Gampang sekali bikinnya. Orang yang mengatakan saya tidak pernah stress, langsung ditolak pernyataannya saja langsung dia stress. Saya tidak pernah ini, tidak pernah apa pun yang dia katakan, kalau ditantang dia sebentar akan langsung kehilangan keseimbangannya.

Jadi 2 hal ini memang ada dalam diri kita semua. Harus dikendalikan.

 

“Sebagaimana api tertutup oleh asap; cermin oleh debu; dan janin oleh kandungan – pun demikian Kesadaran Diri atau Pengetahuan Sejati tentang Hakikat Diri sebagai jiwa, percikan Jiwa Agung, tertutup oleh nafsu keinginan dan amarah.” Bhagavad Gita 3:38

https://bhagavadgita.or.id/

 

Nafsu keinginan dan amarah, ini menutup identitas diri kita yang sebenarnya. Identitas diri kita ada bukan tidak pernah hilang. Tapi nafsu keinginan dan amarah karena tidak dapat sesuatu kita marah. Ini yang menutup identitas diri kita, kenapa. Dikatakan demikian? Karena ketika saya menginginkan sesuatu, saya mengidentitaskan diri saya dengan sesuatu itu.

Siang malam yang terpikir sesuatu itu. Mau kawin dengan seseorang. Seolaholah tanpa orang itu kamu tidak punya kepribadian lagi. Mau memiliki mobil yang mewah. Seolaholah tanpa mobil itu kamu tidak punya jati diri. Tidak punya kepribadian. Jadi apa pun yang kita hendaki, kita mengidentitaskan diri kita dengan barang itu benda itu, orang itu. Kalau nggak dapat kita marah. Kita lupa bahwa sejak lahir kita tidak punya benda itu.

Sejak lahir kita tidak kenal orang itu. Kok tibatiba tanpa orang itu hidup akan menjadi hitam putih. Ini yang dikatakan oleh Krishna bahwa, api tertutup oleh asap cermin oleh debu. Janin oleh kandungan. Begitu juga nafsu amarah dan keinginan menutupi diri kita.

 

“Wahai Kaunteya (Arjuna, Putra Kunti), Pengetahuan Sejati tentang Hakikat Diri tertutup oleh nafsu keinginan yang oleh para bijak disebut musuh manusia sejak dahulu kala; berhubung nafsu keinginan bagaikan kobaran api yang berkobar terus, tidak pernah puas.” Bhagavad Gita 3:39

https://bhagavadgita.or.id/

 

Beberapa orang datang ke nabi dan kita baru selesai perang dan kita mendapatkan kemenangan. Dan nabi mengatakan, perang yang sesungguhnya adalahmelawan nafsnafs, itulah perang yang sesungguhnya yang terjadi setiap saat. Apa yang dikatakan oleh Krishna 5.000 tahun yang lalu, sekarang psikologi pun akar membenarkan bahwakeinginan kita dorongan dari nafsu apalagi ada pemicunya di luar. Kalau duaduanya ketemu, saya punya nafsu untuk minum alkohol, di luar ada alkohol saya punya uang semuanya ketemu.

Resources kita, keinginan kita nafsu kita dan pemicu di luar. Tigatiganya ketemu, menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, Wahai Arjuna, pengetahuan sejati tentang hakikat tertutup oleh nafsu keinginan, yang oleh para bijak disebut musuh manusia. Sejak dahulu kala. Berkobar terus tidak pernah puas. Mau dikasih apa pun juga nafsu kita itu nggak pernah puas. Hari ini perlu mobil kecil. Besok dapat mobil kecil, perlu mobil besar, hari ini pacaran kalau nggak dapat, kita akan mati. Nggak mati juga. Sudah dapat nggak bahagia juga. Selalu begitu. Yang nggak kawin terakhir dia pikir, kalau tadinya saya kawin betapa bahagianya. Yang kawin, dia berpikir kalau saya nggak kawin betapa bahagianya. Duaduanyansedang merana. Nggak pernahselesai. Diberikan umpan apa pun, dia tidak pernah puas.

 

“Indra, gugusan pikiran serta perasaan (mind) dan buddhi atau intelegensia adalah lapisan-lapisan tempat hawa nafsu atau keinginan dan amarah bersarang,. Dengan menggunakan semuanya itu, ia menutupi Kebenaran Sejati, Hakikat Diri, sehingga membingungkan Jiwa yang bersemayam di dalam badan.” Bhagavad Gita 3:40

https://bhagavadgita.or.id/

 

Inteligensia pun buddhi pun, di situ pun orang sudah mencapai buddhi pun masih bisa marah. Masih bisa punya keinginan. Dan barangkali keinginannya jauh lebih hebat daripada kita. Kalau tidak terpenuhi dia bisa juga marahmarah.

Buddhi pun sudah melewati mind, itu yang kemarin lagi bahas, the spirital materalism, ego spiritual. Sudah mencapai buddhi pun, kita masih bisa punya ego, kita masih bisa marah. Jadi pekerjaan ini adalah pekerjaan purna waktu. Sampai akhir hayat. Nggak ada satu jaminan bahwa kalau sudah meditasi sekian jam per hari sudah vegetarian, sudah datang ke ashram sekian kali per minggu. Semua persoalan, kita akan selesai. Saya akan menjadi baik. Tidak.

Selama masih ada nafsu, ada keinginan, ada amarah kita masih harus bekerja terus.