Artikel di bawah ini bersumber dari kajian Bhagavad Gita yang diberikan oleh Anand Krishna, videonya bisa di lihat melalui “Bhagavad Gita 04.32-40: Raihlah Pengetahuan Sejati tentang diri dan akhiri segala Keraguan” dimana Anand Krishna membahas ayat demi ayat yang ada di dalam Bhagavad Gita dan kemudian Beliau menyampaikan kanduan makna yang tersembunyi dari ayat-ayat Bhagavad Gita tersebut.

Banyak kekayaan pemahaman spiritual yang Beliau bagikan, mari sama-sama kita simak wejangan Beliau. Semoga apa yang Beliau sampaikan bisa memberikan bekal bagi kita semua untuk terus menyelami samudera spiritual yang tak berbatas.

 

 

“Di alam benda, di dunia ini, tiada penyuci lain yang dapat menandingi (api) Pengetahuan Sejati. Seorang yang mencapai kesempurnaan dalam (Karma) Yoga, menemukan Sumber Pengetahuan Sejati itu di dalam dirinya sendiri.” Bhagavad Gita 4:38

https://bhagavadgita.or.id/

 

 

“Ia yang teguh dalam keyakinannya, meraih Pengetahuan Sejati; dengan Pengetahuan Sejati, ia mengendalikan indranya. Dan dengan Pengetahuan Sejati pula ia mencapai kedamaian abadi.” Bhagavad Gita 4:39

https://bhagavadgita.or.id/

 

Tidak ada sesuatu yang bisa membersihkan diri kita.  Api itu adalah yang membersihkan. Apa pun yang kita masukkan ke dalam api, dia membakar habis, akhirnya yan gtersisa adalah abu. Apa pun dia mendaur ulang. Pengetahuan Sejati juga begitu. Begitu kita tahu, hidup di dunia ini sementara, kita tidak akan merasa berlebihan sedih. Berlebihan senang kalau mendapatkan rejeki.

Saya waktu itu pernah cerita, baru jual tanah, dapat berapa ratus juta, langsung bagi-bagi beli motor, bag isini bagi sana. Menjual tanah karena butuh uang, begitu jual tanah dia sudah bagi-bagi, habis. Inilah kondisi kita. Kita tidak sadar bahwa hidup di dunia ini sementara.

Punya uang nikmati, bantu orang lain, punya uang lakukan sesuatu yang berguna. Dan kalau tidak punya uang kerja keras lagi. Tidak perlu beraduh-aduh. Ini Pengetahuan Sejati. Kalau tidak punya uang berarti harus kerja lebih keras. Harus kerjacerdas. Dimana kesalahan saya. Kenapa saya tidak mendapatkan keuntungan, padahal orang lain kerja yang sama,dia punya keuntungan. Pasti ada kesalahan saya. Kesalahan saya, dimana, mencari tahu. Dalam hidup kita juga begitu. Kalau setiap hari istri cekcok cari tahu. Kalau suami main serong cari tahu. Persoalan saya di mana?

Bukan Pengetahuan Sejati baca Veda sepanjang hari, Veda mengajak kita, untuk menghadapi kenyataan hidupini. Dengan penuh kesadaran, jadi tidak ada penyuci yang sesuatu yang membakar habis, dosa-dosa kita, kebodohan kita dan dengan Pengetahuan Sejati itu, setelah kita meraih Pengetahuan Sejati, kita bisa mengendalikan indra.

Kalau ada orang lagi marah-marah, coba pikirkan. Jangan marah-marah dulu, kondisi ini seperti apa, kalau saya marah kembali akan membuat cerita ini lebih baik, atau lebih jelek. Kadang-kadang marah dibutuhkan, kebanyakan tidak dibutuhkan. Jadi kita harus berpikir kembali. Dan kalau kita dimarahi, kita juga harus berpikir kembali.

Saya sering mengatakan, di Jawa ada satu kata. Nesu. Kalau orang dimarahin itu dia tidak marah kembali, tapi dia tersinggung begitu. Dan dia memendam rasa tersinggung itu. Nggak tahu di Bali ada istilah itu nggak, tapi di Bali orangnya ad abegitu. Orang yang nesu itu di Bali banya kjuga. Gen nya sama, genetiknya sama, dan orang nesu itu dari mukanya dapat kelihatan, mukanya itu sudah cemberut, kesel bukan main. Tapi nggak bicara apa-apa dia. Ngambul. Nah ini kita belum berpengetahuan.

Kita harus mencari tahu di diri sendiri. Saya sih ngambul nesu, tapi orang yang memarahi saya, dia juga ngambul dan nesu. Ini kok nggak ngerti-ngerti. Setiap kali kesalahannya sama saja. Kadang-kadang saya suruh Upasana tolong deh, sampaikan kepada orang ini, dia bilang nggak males deh saya sekarang, saya suda hsampaikan berulang kali, nggak ada perubahan. Sudah males. Terpaksa sayaharus menyampaikan, dan saya cari tahu,kenapa kamu begitu. Karena orang wajahnya kelihatan orang nesu. Ngambul. Dari wajahnya kelihatan, jadi kalau lagi dimarahi kita harus introspeksi diri kenapa saya kena marahterus. Orang yang memarahi juga harus introspeksi diri, jangan-jangan apa yang saya sampaikan, nggak jelas. Sehingga orang itu berbuat salah. Ini PengetahuanSejati. Dua-duanya harus introspeksidiri. Dan setelah itu kita bisa mengendalikan indra kita, mengendalikan mulut, mengendalikan aksi, mengendalikan perbuatan, kalau kita sudah bisa mengendalikan diri maka terciptalah kedamaian dalam diri kita.

 

“(Sebaliknya) mereka yang bodoh, tidak berpengetahuan; tidak pula berkeyakinan; dan senantiasa ragu – niscaya akan binasa. Baginya tiada kebahagiaan di dunia ini, maupun di alam setelah kematian.” Bhagavad Gita 4:40

https://bhagavadgita.or.id/

 

Ini orang-orang yang bodoh,orang-orang yang ragu-ragu terus, ada orang pergi ke restoran, dia membaca menunya seperti membaca Bagavad Gita. Terus dia membaca, ada teman di sebelahnya, mau makan apa ya makan apa ya. Seperti mau terjadi sesuatu apa ya, luar biasa. Nah ini ragu-ragu. Ragu-ragu terus. Saya pernah ketemu, dan saya pernah juga cerita berulang kali, ada keluarga di dalam keluarga besar saya, mau beli barang apa pun juga, selalu janji kalau saya nggak suka, akan saya ganti, tukar.

Pulang ke rumah, begitu dia beli tas pulang ke rumah, yang terjadi seperti arisan. Dia panggil keluarganya, panggil tetangganya. Ini saya baru beli tas bagus nggak, bagus nggak? Ada 20 orang, 20 otak kan ya, yang satu bilang kurangnya ini, ini warnanya kurang, talinya kurang bagus, lebih ragu-ragu lagi. Dia pergi ke toko besoknya, mau tukar, di toko 2 jam. Hanya tukar.

Istri telpon, lama sekali bicara, suami sedang menunggu. Shakila, suaminya Hola, shakila siapa tadi ditelpo nku. Tahu siapa? Apa jawabannya, salah sambung. Salah sambung bisa ngobrol sejam. Kalau nggak salah sambung, ini orang-orang yang bodoh.